Penulis : Rahmat Nusantara
Pernahkah kamu berharap hidup bisa di-pause seperti game? Sayangnya, hidup hanya bisa dijalani, bukan diulang. Yang bisa kita lakukan hanyalah memberikan yang terbaik, atau meratapi dengan penyesalan bagaimana kita telah membuang waktu.
Saat ini, kita sedang berada di masa-masa produktif usia muda—masa ketika kita masih kuat melakukan apa pun. Kita masih sanggup tidak tidur semalaman. Kita masih punya banyak kelebihan yang seharusnya dimanfaatkan, bukan sekadar untuk bermain game atau scroll TikTok yang, tanpa sadar, menguras waktu kita.
Kita masih punya kesempatan. Ada yang menggunakan waktu produktif ini untuk bekerja, kuliah, atau bahkan keduanya. Itu adalah sebuah pilihan. Tidak ada yang salah dari sebuah pilihan—yang salah adalah ketika kamu tidak bisa menjalani pilihan itu dengan versi terbaik dari dirimu. Kamu tidak bekerja keras dan hanya puas dengan posisi sekarang. Kamu tidak belajar sungguh-sungguh hingga kamu merasa nyaman dalam ketidaktahuanmu.
Ketika kamu tidak bisa memanfaatkan masa muda—yang tidak datang dua kali—maka yang akan kamu hadapi adalah “neraka” di kemudian hari.
4 Tahun Simulasi Neraka
Dimulai dari memilih jurusan, universitas, hingga teman, semua adalah pilihan. Maka, ketika kalian sudah yakin dengan pilihan tersebut, tugas berikutnya adalah menjalaninya dengan versi terbaik dari diri kalian.
Mengapa saya menyebutnya “simulasi neraka”? Karena di fase ini kalian mulai bertanggung jawab atas pilihan kalian. Bertanggung jawab atas diri sendiri. Bertanggung jawab atas keringat orang tua kalian. Jika kalian tidak bisa bertanggung jawab, yang akan terjadi adalah hari-hari kalian dipenuhi rasa marah dan lelah.
Simulasi neraka bukan tentang api dan setan, tapi tentang skripsi yang menumpuk, teman yang toxic, tugas tak berujung, dan energi yang makin habis.
Bayangkan jika kalian sudah memilih jurusan dengan penuh keyakinan, belajar dengan benar, mengerjakan tugas tepat waktu, dan memilih teman yang mendukung. Kalian akan menjalani masa kuliah empat tahun dengan lebih tenang.
Sebaliknya, jika kalian tidak menjalani semuanya dengan versi terbaik dari diri kalian, maka tugas terasa berat karena merasa salah jurusan, teman-teman hanya sibuk bermain game, dan akhirnya kalian mengulang tahun depan. Empat tahun kalian akan dipenuhi rasa tidak nyaman.
Masalah terbesar muncul ketika kalian merasa nyaman dalam kebodohan. Kalian tidak mau keluar dari zona nyaman. Padahal, banyak kerugian yang akan kalian rasakan.
Pertama, kalian menyia-nyiakan waktu berharga yang seharusnya bisa digunakan untuk belajar apa pun yang kalian inginkan.
Kedua, bodoh itu tidak enak! Kalian akan kesulitan saat ujian, sulit mencari kerja, dan mengalami banyak hambatan lainnya karena kurangnya kemampuan.
Saran Saya
Jika kalian belum terjebak dalam “neraka” ini:
Pastikan kalian berada di lingkungan yang mendukung semua energi positif kalian. Ingat, ikan seindah apa pun akan mati di kolam yang kotor.
Kalian harus pandai memilih lingkungan pertemanan yang sehat agar energi positif tidak meredup dan mati perlahan. Jangan sungkan memilih di mana dan dengan siapa kalian menjalani masa kuliah.
Berkumpullah dengan orang-orang yang punya tujuan dan semangat yang sama. Hal ini sangat membantu kalian berkembang, dan chemistry pun akan cepat terbentuk jika frekuensinya selaras.
Hal mendasar yang sering diabaikan adalah membaca buku. Orang-orang sukses yang kalian lihat sekarang sudah pasti adalah pembaca buku.
Bayangkan, seorang penulis bisa menghabiskan bertahun-tahun menulis satu buku, dan kalian hanya butuh beberapa hari untuk menyerap ilmunya. Betapa besar manfaat membaca itu—hampir seluruh isi kepala sang penulis bisa kalian lahap dalam waktu singkat.
Jika kalian sudah terjebak:
Tidak ada kata terlambat. Kalau kalian tahu Fiersa Besari, ia tidak langsung terkenal di usia muda. Ia lama berkelana dan hidup dalam ketidaktenaran. Baru setelah menginjak usia kepala tiga, ia dikenal luas, terutama oleh anak muda.
Kalian pun begitu. Tidak ada kata terlambat untuk memulai dari awal. Yang kalian butuhkan adalah konsistensi dan kontinuitas dalam perubahan.
Menghilang sejenak dari lingkungan yang tidak mendukung bukan berarti lari, tapi bentuk perlindungan diri. Bertahan dan konsistenlah dalam memperbaiki diri dan mempelajari hal-hal yang telah kalian tinggalkan.
Banyaklah berkumpul dengan orang-orang yang terbuka berbagi ilmu dan pengalaman agar kalian tidak kehilangan arah setelah lulus.
Kenali diri kalian. Pahami tujuan kalian. Fokuslah pada satu target.
Ingat, penyesalan datang di akhir, kawan. Kalau di awal, namanya pendaftaran.
Jika kalian tidak ingin terjebak dalam simulasi neraka dan mengalaminya di masa depan, maka hari ini adalah penentuannya.
Seperti lirik Superman Is Dead: “Hari ini adalah anugerah, esok lusa tercipta sejarah.”
Jangan sia-siakan anugerah hari ini untuk menciptakan sejarah kelam yang akan kalian kenang.
Ciptakan sejarah yang membanggakan, teman.